Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horizon kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Tanah inseptisol diperkirakan memiliki luasan sebesar 70,52 juta ha atau menempati 40 persen dari luas total daratan di Indonesia. Melihat penyebaran Inceptisols yang cukup luas, maka pengembangan tanah ini di masa yang akan datang memiliki nilai ekonomi yang cukup prospektif . Inceptisols merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciriciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan pH 4.5-6.5, bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisols relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi yang tepat (Sudirja et al., 2007)
Klasifikasi tanah menurud USDA (Soil Survey Staff – NRCS/USDA, 2014) secara terperinci Inceptisols (Terlampir).
Kajian klasifikasi tanah di Mengkendek dan Sangalla Selatan Kabupaten Tana Toraja kenampakan tanah pada Ordo Inceptosol, Subordo Udepts, Great Group Dystrusdepts, dan Sub Group Typic Dystrudepts dengan luasan sekitar 1849.47 ha (83.53%) (Husain et al., 2018)
Penelitian sistem klasifikasi tanah di Kabupaten Janeponto terlihat pada tabel berikut:
No | Kode Profil | Lokasi | Klasifikasi Tanah | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Order | Sub Order | Great Group | Sub Group | Familiy | |||
1 | T0P0 | Desa Cikaro | Inceptisols | Usteps | Haplusteps | Udertic Haplusteps | Udertic Haplusteps halus, Montmorilloni, isohipertermik |
2 | T1P2 | Tamanroya | Inceptisols | Usteps | Haplusteps | Oxic Haplusteps | Oxic Haplusteps halus, Montmorilloni, isohipertermik |
3 | T2P4 | Gunung Silanu | Inceptisols | Usteps | Haplusteps | Lithic Haplusteps | Lithic Haplusteps halus, Montmorilloni, isohipertermik |
4 | T3P2 | Garassikang | Inceptisols | Usteps | Haplusteps | Vertic Haplusteps | Vertic Haplusteps halus, Montmorilloni, isohipertermik |
Tanah di klasifikasikan ke dalam ordo inceptisol karena mempunyai horison penciri berupa horison kambik dan bersifat tidak rapuh. Regim kelembaban ustik sehinggapada kategori sub ordo diberi nama usteps. Usteps tidak mempunyai duripan, horison kalsik, dan mengandung karbonat bebas pada seluruh horison sehingga pada kategori great group diberi nama haplusteps. Pada kategori sub group, keempat profil diklasifikasikan berbeda berdasarkan ciri yang lebih spesifik. Profil T0P0 memiliki rejim suhu tanah hipertermik dan memiliki rekahan selebar 5 mm atau lebih di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral yang mencapai ketebalan 30 cm dan agregat berbentuk baji sehingga pada kategori sub group diberi nama udertic haplusteps. Profil T1P2 memiliki kapasitas tukar kation kurang dari 24 cmolkg-1 liat diantara kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm sehingga diklasifikasikan sebagai Oxic Haplusteps. Profil T2P4 memiliki kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral sehingga diklasifikasikan sebagai Lithic Haplustepts. Sedangkan profil T3P2 memiliki rekahan selebar 5 mm, memiliki struktur baji dan slickenside sehingga diklasifikasikan vertic haplustepts (Rajamuddin & Sanusi, 2014)
Kategori sub ordo pada tanah-tanah yang diwakili oleh profil P1 dan P3 memiliki subordo Aquepts dikarenakan memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu pada tahun-tahun normal (atau telah didrainase) dan tanah-tanah yang diwakili oleh profil P2 memiliki subordo Udolls dikarenakan memiliki regim kelembaban udik dan tidak memenuhi definisi salah satu dari enam subordo lain. Klasifikasi great group pada tanah-tanah yang diwakili oleh profil P1 dan P3 adalah Epiaquepts dikarenakan mempunyai episaturasi, sedangkan great group pada tanah-tanah yang diwakili oleh profil P2 adalah Hapludolls dikarenakan sifat tanahnya tidak memenuhi definisi great group lainnya. Pada kategori subgroup tanah-tanah yang diwakili profil P1 dapat digolongkan kedalam Typic Epiaquepts dikarenakan tidak memenuhi definisi salah satu dari tujuh subgroup tanah lainnya, dan tanah-tanah yang diwakili oleh profil P3 diklasifikasikan ke dalam subgroup Aeric Epiaquepts dikarenakan pada satu horison Ap dan kedalaman 75 cm di bawah permukaan tanah mineral, mempunyai hue 10 YR dengan value warna lembab ≥ 3 atau lebih dan kroma ≥ 3 (Susanthi et al., 2014).
Pada klasifikasi famili, tanah yang diwakili oleh profil P1 digolongkan ke dalam Typic Epiaquepts, sangat halus, campuran, isohipertermik, dikarenakan tanah tersebut memiliki kandungan liat 66%-83%, jenis mineralogi fraksi liat yang heterogen, memiliki suhu tanah tahun 27,4°C dan perbedaan suhu tanah musim panas rata-rata dengan musim dingin rata-rata 2,5 °C. Pada tanah-tanah yang diwakili oleh profil P3 diklasifikasikan ke dalam Aeric Epiaquepts, berlempung halus, campuran, isohipertermik, dikarenakan dalam fraksi yang berdiameter kurang dari 75 mm, terdapat 15% atau lebih partikel-pertikel berdiameter 0,1-75 mm, dan fraksi tanahhalusnya mengandung liat 18 sampai 35%, jenis mineralogi fraksi liat yang heterogen, memiliki suhu tanah tahun 27,4°C da (Susanthi et al., 2014).
Klasifikasi Tanah Inceptisol pada Beberapa Sistem Lahan di Desa Penatih Dangin Puri
No | Kode Profil | Lokasi | Klasifikasi Tanah | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Order | Sub Order | Great Group | Sub Group | Familiy | |||
1 | P1 | Subak Tebuan | Inceptisols | Aquepts | Epiaquepts | Typic Epiaquepts | Typic Epiaquepts sangat halus, campuran, isohipertermik |
2 | P3 | Subak Poh ,amis | Inceptisols | Aquepts | Epiaquepts | Aeric Epiaquepts | Aeric Epiaquepts berlempung halus, campuran, isohipertermik. |
Daftar Pustaka
Hardjowigeno, S. (1993). Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis (1 ed.). Jakarta: Akademika Pressindo.
Husain, A., Ibrahim, B., & Ramlan, A. (2018). Pendetailan Jenis Tanah pada Sistem Lahan Teweh (TWH) Sampai Kategori Sub Group Kecamatan Mengkendek dan Sangalla Selatan Kabupaten Tana Toraja. Makasar.
Rajamuddin, U. A., & Sanusi, I. (2014). Morphological Characteristics and Soil Classification of Inceptisol at Some Land System in The Jeneponto District of South Sulawesi. Jurnal Agroland, 21(2), 81–85.
Soil Survey Staff – NRCS/USDA. (2014). Keys to soil taxonomy. United States Departement of Agriculture (Twelfth Ed). United States: United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Diambil dari http://www.nrcs.usda.gov/Internet/FSE_DOCUMENTS/nrcs142p2_051546.pdf
Sudirja, R., Solihin, M. A., & Rosniawaty, S. (2007). Respon Beberapa Sifat Kimia Inceptisols Asal Rajamandala dan Hasil Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) melalui Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bandung.
Susanthi, I. A. M. A., Mega, I. M., & Sardiana, K. (2014). Klasifikasi Dan Pemetaan Famili Tanah Berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah Di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal of Tropical Agroecotechnology), 3(2), 80–88.