Coaching Untuk Supervisi Akademik

Advertisements

Tugas 2.3.a.8. Koneksi Antar Materi

Advertisements

Modul 2.3  Coaching Untuk Supervisi Akademik

Oleh : Mahbub Mujahidin, S.Pd_Cgp_V_SMA NU 05 Brangsong

A. Pengertian Coaching dan Relevasinya dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Advertisements

Coaching merupakan kemitraan antara coach dan coachee dengan menfasilitasi seseorang dari situasi saat ini ke situasi yang ideal. Proses coaching dengan cara menggali potensi yang dimiliki coachee melalui pertanyaan berbobot yang diajukan coach. Pada proses coaching ini, coachee lebih tau terkait masalahnya dibandingan dengan coach. Dengan demikian, melalui proses coaching seorang coachee akan menjadi lebih tahu, lebih sadar dibandingkan kondisi sebelumnya. Coaching salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Dengan metode ini, pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman.

Hal ini sejalan dengan pemikiran sang Maestro Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan yang dapat saya ambil adalah “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya” Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran K H Dewantara  merupakan daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya.

Advertisements

B. Peran Guru dalam Coaching

Peran Guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara langsung. Guru membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati. Salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot, hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA. RASA merupakan akronim dari receipe, appreciate, summarize, dan ask. Dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya. Istilah supervisi akademik, selama ini saya pahami. Menjadi coaching di sekolah dengan memposisikan diri sebagai kepala sekolah tentunya hal yang menarik untuk dipelajari sekaligus sebagai modal awal untuk mengrtahui perkembangan dan potensi pendidik di setiap sekolah, dengan melakukan supervisi melalui observasi secara langsung terkait kemampuan akademik yang dimiliki oleh guru maka kepala sekolah akan tahu sejauh mana seorang pendidik menguasai kemampuan akademiknya.

C. Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional.

Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini “KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik”.

Sekolah menjadikan tempat menumbuhkan berbagai karakter kebaikan yang secara bibit sudah ada pada diri siswa. Kelas adalah tempat di mana siswa berinteraksi dengan teman sebaya dan guru sebagai fasilitator atau pendamping untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Salah satu hal penting yang perlu diajarkan dan diintegrasikan di dalam kelas adalah Pembelajaran Sosial-Emosional. Pembelajaran terkait dengan keterampilan yang diperlukan anak untuk menghadapi masalah dan mampu menyelesaikan dengan baik juga membiasakan dan mengajarkan untuk menjadi pribadi yang berkarakter mulia. Ada 5 (lima) aspek dalam konsep Pembelajaran Sosial Emosional yaitu Kesadaran Diri, Pengelolaan Diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi dan Pengambilan Keputusan yang bertanggungjawab.

Selain itu, pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.

Advertisements