Sering kalian mendengar pernyataan bahwa pembangunan sebenarnya bukan untuk pembangunan itu sendiri, tetapi pembangunan harus ditujukan untuk membahagiakan masyarakat. Sebagai contoh pembangunan jalan. Bukan jalan itu sendiri supaya halus dan mulus, tetapi pembangunan jalan itu ditujukan agar membuat perjalanan masyarakat menjadi lebih lancar, aman, dan tepat waktu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sehingga membahagiakan masyarakat. Membangun taman bukan untuk taman itu sendiri supaya cantik dan indah sehingga tidak boleh diinjak rumputnya. Namun, pembangunan taman itu diarahkan untuk masyarakat agar dapat menikmatinya bersama keluarga sehingga kehadiran taman itu membahagiakan.
Untuk menumbuhkan pandangan (paradigma) bahwa pembangunan untuk kebahagiaan masyarakat bukan hal mudah. Upaya itu diawali dengan perubahan pandangan bahwa pembangunan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Makna kesejahteraan dalam hal ini dapat diartikan secara luas, mulai dari kesejahteraan ekonomi hingga kesejahteraan jiwa (psikologis). Pada mulanya, pembangunan wilayah hanya menitikberatkan pada kesejahteraan yang bersifat ekonomi (monetary based). Karena itu, kesejahteraan masyarakat diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Namun, orientasi pembangunan yang demikian ternyata belum cukup mewakili kesejahteraan masyarakat secara utuh (Suparta & Malia, 2020; Wibowo, 2016).
Keterbatasan pengukuran kesejahteraan menggunakan indikator ekonomi tersebut kemudian mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk merumuskan pengukuran kesejahteraan masyarakat yang lebih subjektif untuk melengkapi dari indikator-indikator sebelumnya. Sidang PBB pada tahun 2011 kemudian merumuskan pengukuran kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan indeks kebahagiaan (Wibowo, 2016). Lantas, apa yang dimaksud dengan indeks kebahagiaan dan mengapa indeks kebahagiaan dipilih sebagai alat untuk mengukur kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah?
1. Pengertian Indeks Kebahagiaan
Kebahagiaan secara etimologis dapat diartikan sebagai kondisi hidup yang baik dan bermakna. Dalam arti pembangunan wilayah, kebahagiaan merupakan cerminan dari standar kesejahteraan dan perkembangan sosial masyarakat. Ada tiga faktor utama yang memengaruhi kebahagiaan seseorang (Diskominfo, 2021).
• Kepuasan hidup, yaitu tingkat kepuasan individu terhadap yang ingin diperoleh dalam hidup, seperti pendidikan dan keterampilan, pekerjaan/ usaha/kegiatan utama, pendapatan rumah tangga, kesehatan, serta kondisi rumah dan fasilitas rumah.
• Perasaan, yaitu perasaan senang, tidak khawatir/cemas, dan tidak tertekan.
• Makna hidup (eudaimonia), yaitu kemandirian, penguasaan lingkungan, pengembangan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, dan penerimaan diri.
Ketiga faktor inilah yang kemudian dijadikan sebagai indikator dalam penentuan indeks kebahagiaan suatu wilayah (Atasoge, 2021; Nopianti, 2017). Dengan demikian, jika kalian ingin melihat kebahagiaan masyarakat di lingkungan kalian, ketiga indikator tersebut dapat digunakan sebagai acuannya.
2. Indikator Indeks Kebahagiaan
a. Dimensi Kepuasan Hidup
Dimensi kepuasan hidup terbagi ke dalam sepuluh indikator sebagai berikut
1) Kesehatan fisik dan mental
Individu dengan kondisi fisik dan mental yang stabil akan mampu melaksanakan berbagai kegiatan sehari-hari dengan lebih optimal. Hal ini secara simultan akan meningkatkan kepuasan hidup seseorang.
2) Pendidikan dan keterampilan
Keterampilan dan pengetahuan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Keduanya merupakan indikator penting yang dapat menunjang kepuasan hidup seseorang karena tidak setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan yang memadai.
3) Pekerjaan
Kualitas pekerjaan seseorang akan sangat berkaitan dengan kepuasan hidup dan kesejahteraan material karena pekerjaan yang baik akan meningkatkan nilai tambah dan kepercayaan diri seseorang.
4) Pendapatan rumah tangga
Indikator ini juga berkaitan dengan pekerjaan dan kepuasan hidup seseorang. Pendapatan rumah tangga yang memadai akan mampu mencukupi kebutuhan hidup dan konsumsi rumah tangga.
5) Kondisi dan fasilitas rumah
Kondisi rumah dan fasilitas yang ada di dalamnya akan menunjang kenyamanan hidup bagi seseorang.
6) Keharmonisan keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang menentukan terbentuknya lingkungan masyarakat. Keluarga yang harmonis akan saling mendukung satu sama lain dan memberikan dorongan positif yang berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang.
7) Ketersediaan waktu luang
Proporsi yang seimbang antara waktu produktif dengan waktu untuk bersantai memberikan kepuasan hidup bagi seseorang. Hal ini dikarenakan waktu luang yang memadai dapat membantu seseorang terhindar dari kejenuhan dan tekanan psikis.
8) Hubungan sosial
Hubungan yang baik antara individu dengan individu lain akan membentuk suatu lingkungan masyarakat yang saling membantu meningkatkan kepuasan hidup seseorang.
9) Kualitas lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal akan memberikan pengaruh bagi manusia, baik dari segi psikologis maupun kesehatan. Lingkungan tempat tinggal yang baik akan membuat seseorang merasa aman, nyaman, dan tenang.
10) Kondisi keamanan
Keamanan merupakan aspek yang sangat penting bagi kebahagiaan seseorang karena lingkungan yang aman akan membuat seseorang tenteram. Lingkungan yang kurang aman akan membuat seseorang khawatir, takut, dan merasa kurang nyaman.
b. Dimensi Perasaan
Dimensi perasaan atau afeksi merupakan elemen yang menentukan tingkat kebahagiaan seseorang. Dimensi perasaan terbagi menjadi tiga indikator, yaitu perasaan senang, perasaan tidak khawatir, dan perasaan tidak tertekan. Perasaan senang umumnya menggambarkan emosi positif dan sering kali diasosiasikan dengan kebahagiaan. Perasaan tidak khawatir juga sebuah bentuk emosi, hasil dari perasaan aman dan nyaman sehingga seseorang dinilai semakin bahagia apabila terhindar dari perasaan cemas dan khawatir. Perasaan tertekan seringkali diasosiasikan dengan situasi stres dan tekanan psikologis yang berdampak pada ketidakbahagiaan seseorang sehingga seseorang dinilai bahagia apabila dapat terbebas dari perasaan tertekan.
c. Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)
Dimensi ini memiliki enam domain atau indikator utama, yaitu penerimaan diri, tujuan hidup, pengembangan diri, kemandirian, penguasaan lingkungan, dan hubungan positif dengan orang lain.
1) Penerimaan diri
Indikator ini digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menerima segala aspek dirinya secara positif, baik di masa lalu maupun masa sekarang
2) Tujuan hidup
Indikator ini seringkali diasosiasikan dengan cita-cita dan harapan yang dimiliki untuk masa depan. Tujuan hidup membuat seseorang termotivasi untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna.
3) Pengembangan diri
Indikator ini berkaitan dengan keinginan seseorang untuk terus meningkatkan potensi dari waktu ke waktu. Peningkatan ini selanjutnya akan berbanding lurus dengan kepercayaan diri dan kebahagiaan seseorang.
4) Kemandirian
Indikator ini menyatakan kemampuan seseorang yang memiliki kebebasan dalam menentukan diri, mampu mengatasi tekanan sosial ketika berpikir dan bertindak, mampu mengontrol perilaku, serta mampu mengevaluasi diri dengan standar personal dan tingkat kebahagiaan yang dimiliki.
5) Penguasaan lingkungan
Indikator ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
6) Hubungan positif dengan orang lain
Indikator ini memiliki arti bahwa hubungan yang positif akan menimbulkan rasa kepedulian, empati, kasih sayang, serta saling percaya yang membuat hidup seseorang menjadi lebih bermakna.
3. Sebaran Indeks Kebahagiaan Penduduk Indonesia
Indeks kebahagiaan merupakan alat ukur kesejahteraan subjektif yang mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 2014. Melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK), pemerintah mencoba mengidentifikasi tingkat kebahagiaan penduduk di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga mencoba menganalisis hubungan antara kebahagiaan penduduk dengan indikator kebahagiaan.
Data Badan Pusat Statistik tahun 2021 menunjukkan bahwa rata-rata indeks kebahagiaan penduduk Indonesia pada tahun 2021 adalah sebesar 71,49. Angka ini mengalami peningkatan 0,80 jika dibandingkan dengan tahun 2017. Sejalan dengan peningkatan indeks kebahagiaan nasional, peningkatan indeks kebahagiaan juga terjadi pada sebagian besar provinsi di Indonesia.
Ada tiga provinsi yang memiliki peningkatan indeks kebahagiaan terbesar, yaitu Jambi, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Utara. Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar 4,72 point, Sulawesi Barat mengalami peningkatan sebesar 3,44 poin, dan Kalimantan Utara mengalami peningkatan sebesar 3,00 poin. Selain kenaikan indeks kebahagiaan, terdapat pula beberapa provinsi yang mengalami penurunan tingkat kebahagiaan. Contohnya Aceh, Riau, Sumatra Barat, Banten, dan Yogyakarta (BPS, 2021).