1. Pembangunan Era Revolusi Industri 4.0
Industrialisasi merupakan suatu proses pembangunan dengan perubahan struktural. Sumber produktivitas, pertumbuhan output, serta lapangan kerja yang beralih dari pertanian ke industri. Perubahan teknologi ini memperkenalkan cara baru untuk bekerja dan hidup untuk mengubah masyarakat secara mendasar. Peningkatan produktivitas dan output dalam industri telah menjadi alat pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan nasional serta pendapatan per kapita, yang menyediakan pasar besar untuk produk industri.
Pembangunan industri bergerak dengan melepaskan kinerja ekonomi yang dinamis dan kompetitif untuk menghasilkan keseimbangan antara pendapatan dan lapangan kerja serta memfasilitasi perdagangan internasional dan meningkatkan efisiensi sumber daya. Dalam menentukan tujuan pembangunan sektor industri jangka panjang, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri saja, tetapi juga harus mengatasi permasalahan nasional.
Pembangunan industri merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional yang diarahkan dengan menerapkan prinsipprinsip pembangunan industri berkelanjutan yang didasarkan pada aspek pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Definisi dari pembangunan industri sendiri adalah proses pembangunan dan pertumbuhan industri dalam perekonomian menggunakan teknologi baru untuk membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih baik sehingga mampu meningkatkan output bisnis dan peningkatan keuntungan (Migo, 2021).
Kemunculan pembangunan yang bergerak di sektor industri tidak terlepas dari peristiwa revolusi industri yang terjadi berpuluh-puluh tahun lalu. Sejarah yang mengubah kehidupan agraris beralih pada industri dan manufaktur. Dalam sejarah modern, proses perubahan dari ekonomi agraris dan kerajinan menjadi ekonomi yang didominasi oleh industri dan manufaktur mesin. Proses ini dimulai di Inggris pada abad ke-18, kemudian menyebar ke berbagai negara.
a. Revolusi Industri 1.0
Istilah revolusi industri pertama kali dipopulerkan oleh sejarawan ekonomi Inggris bernama Arnold Toynbee (1852–1883) untuk menggambarkan perkembangan ekonomi Inggris dari tahun 1760 hingga 1840.
Secara spesifik terdapat tiga faktor penting yang mendorong revolusi 1.0, yakni revolusi pertanian, peningkatan populasi, dan keunggulan Inggris Raya. Revolusi industri menganggap era waktu sangat penting karena teknik pertanian yang lebih baik, pertumbuhan populasi, dan keunggulan Inggris Raya yang memengaruhi negara-negara di seluruh dunia. Revolusi pertama menjadi revolusi yang paling sering dibicarakan karena penemuan mesin uap sebagai pengganti tenaga manusia dan hewan dalam melakukan pekerjaan berat. Tenaga lain yang sering digunakan adalah tenaga air dan tenaga angin yang tidak bisa digunakan kapan saja. Maka penemuan mesin uap menjadi revolusi baru yang dapat menggantikan tenaga manusia dan dua tenaga alam yang terbatas (Fajariah & Suryo, 2020).
b. Revolusi Industri 2.0
Revolusi 2.0 tidak begitu banyak dibicarakan seperti halnya Revolusi Industri 1.0. Revolusi industri kedua ini terjadi pada abad 20 awal. Sebelum adanya Revolusi Industri 2.0, proses produksi tenaga manusia tidak lagi diperlukan.
Pekerjaan di pabrik pada umumnya sudah menggunakan tenaga mesin uap, bahkan digantikan dengan tenaga listrik. Namun, kendala lain ditemukan dalam proses produksi, khususnya dalam hal transportasi (mobil) untuk mengangkut barang di dalam pabrik yang luas.
Sebelum revolusi 2.0, proses perakitan mobil harus dilakukan di satu tempat yang sama untuk menghindari proses transportasi dari tempat spare part satu ke tempat spare part lainnya. Hingga akhirnya pada tahun 1913, revolusi 2.0 dimulai dengan menciptakan “lini produksi” atau assembly line yang menggunakan “ban berjalan” atau conveyor belt di tahun 1913. Munculnya lini produksi membuat proses produksi mengalami perubahan total. Jika sebelumnya satu tukang harus diajarkan merakit semua bagian mobil, tugas perakitan dilakukan dengan satu tukang mengurus satu bagian saja, seperti pemasangan ban (Binus University, 2019)
c. Revolusi Industri 3.0
Bila pada revolusi pertama pemicu perubahan ialah ditemukannya mesin uap, revolusi kedua dengan ditemukannya ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga ialah dari sisi manusianya. Penemuan baru dalam revolusi ketiga ini ialah ditemukannya mesin yang dapat bergerak, yang dapat berpikir secara otomatis: komputer dan robot. Pada masa ini, dunia mulai bergerak dengan memasuki era digitalisasi, yang sebagian pekerjaan atau aktivitas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia (menghitung atau menyimpan hal penting seperti dokumen), dapat dilakukan oleh komputer. Perubahan lain bergerak tidak hanya mengenai revolusi di sektor industri saja, tetapi juga di bidang informasi.
Apabila dilihat dari sisi positifnya, kemajuan teknologi digital dapat mempermudah pekerjaan manusia. Sisi positif ini dapat mengembangkan potensi terbesar manusia yang sesungguhnya agar lebih dioptimalkan, seperti berpikir, memimpin, dan menciptakan karya. Perkembangan komputer juga semakin cepat setelah adanya perang dunia kedua. Komputer yang dulunya memiliki ukuran hampir sebesar ruangan, terus mengalami perubahan dengan ukuran yang lebih kecil dan memiliki fungsi yang semakin baik. Hingga saat ini fungsi dari komputer tersebut hanyalah sebagai salah satu perangkat dan manusia mulai menjelajahi era revolusi industri baru, yaitu Revolusi Industri 4.0.
d. Revolusi Industri 4.0
Revolusi keempat mulai dicetuskan pertama kali pada tahun 2011 dalam acara Hannover Trade Fair, oleh sekelompok perwakilan ahli dari berbagai bidang asal Jerman. Melalui pertemuan itu dipaparkan bahwa industri telah memasuki babak baru, inovasi baru dengan proses produksi akan berubah semakin pesat.
Pada tahun 2015, Angela Merkel mengenalkan gagasan Revolusi Industri 4.0 di acara World Economic Forum (WEF). Sejumlah modal besar dikeluarkan, yaitu sebesar €200 juta oleh Jerman dalam mendukung para akademisi, pemerintah, dan juga pebisnis untuk melakukan penelitian lintas akademis mengenai Revolusi Industri 4.0.
Revolusi industri keempat merupakan puncak dari revolusi industri. Revolusi yang melahirkan teknologi digital dan berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh bagian dunia. Di masa revolusi industri keempat memungkinkan kemudahan yang hadir di segala bidang untuk mencapai produktivitas yang efektif dan efisien yang akan meminimalkan peran manusia. Secara umum, revolusi keempat akan mengganti tenaga manusia yang bermula sebagai operator menjadi seorang ahli dengan kompetensi tinggi. Hal ini dimunculkan dengan tidak hanya mesin dan sistem pintar, tetapi revolusi pada manusia juga telah mengalami perubahan yang lebih besar, dari adanya pengurutan DNA sampai nanoteknologi, hingga energi baru terbarukan sampai komputasi kuantum (Scwab, 2019).
Salah satu bentuk implementasi dari pembangunan industri ialah dengan adanya pembangunan pabrik daur ulang botol polyethylene terephthalate (PET) di Cikarang. Pembangunan pabrik itu sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung pembangunan industri berkelanjutan sekaligus mengurangi sampah plastik hingga 70% pada 2025 sebagai agenda prioritas nasional. Pembangunan pabrik daur ulang juga menjadi alasan dalam memperkuat upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan sesuai dengan konsep pembangunan industri.
Hal baik dari pembangunan pabrik daur ulang di Cikarang ialah pemanfaatan pembangunan dengan rendah karbon dan ekonomi sirkular. Kebijakan ini tentunya diharapkan mampu memenuhi target dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dan target pengurangan emisi gas rumah kaca sesuai Paris Agreement pada 2030. Selain di Cikarang, pabrik daur ulang plastik juga terdapat di wilayah Pasuruan. Pembangunan pabrik daur ulang dimulai sejak 2019 dengan total investasi 600 miliar. Di samping itu, fasilitas ini juga menyerap lebih dari 200 orang tenaga kerja lokal sehingga mampu mengecilkan masalah pengangguran. Pabrik ini berdiri dengan didukung teknologi mesin moderen yang mampu memisahkan tutup dan label sekaligus dengan cepat. Bentuk investasi di pabrik daur ulang botol PET ini dapat memperkuat ekosistem daur ulang.
2. Keterkaitan Era Revolusi Industri 4.0 dengan Masyarakat 5.0
Banyak perbincangan mengenai Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 (Society 5.0) saat ini. Kedua hal ini muncul dengan era yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan yang erat. Ini juga bukan topik yang sama, sehingga Masyarakat 5.0 bukan tahapan lanjutan setelah Revolusi Industri 4.0. Dua topik ini ada kaitannya dengan konsep evolusi perkembangan teknologi dan evolusi peradaban manusia. Revolusi Industri 4.0 merupakan bagian dari konsep evolusi perkembangan teknologi, sedangkan Masyarakat 5.0 merupakan bagian dari konsep evolusi peradaban manusia. Model Masyarakat 5.0 merupakan sebuah model society baru semenjak Jepang mengumumkannya.
Masyarakat 5.0 merupakan penyebutan bagi peradaban manusia yang dapat bertahan dan menyelesaikan tantangan ataupun permasalahan di era Revolusi Industri 4.0 (era teknologi). Lalu sebenarnya bagaimana tahapan dalam perkembangan revolusi industri? Tahapan ini sudah dibahas pada bahasan sebelumnya, yaitu Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0, Revolusi Industri 3.0, dan Revolusi Industri 4.0.
Selanjutnya bagaimana dengan tahapan peradaban manusia? Masyarakat 5.0 dicetuskan pertama kali di Jepang sehingga tahapan peradaban juga mengacu negara tersebut (Falah, 2022). Tahapan peradaban manusia tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Peradaban tahapan pertama ialah hunting society. Masyarakat pada tahapan ini masih sangat bergantung pada alam. Kegiatan yang mereka lakukan ialah berburu dan mengambil secara langsung dari alam. Persaingan masyarakat pada tahapan ini dengan otot (kekuatan) manusia itu sendiri.
Selanjutnya Masyarakat 1.0 dan Masyarakat 2.0 disebut dengan agrarian society. Masyarakat pada tahapan ini masih menggantungkan dirinya pada alam dan bersaing dengan otot (kekuatan) manusia. Level manusia pada era ini sudah mulai melakukan kegiatan pertanian dan melakukan sistem irigasi.
Beralih pada Masyarakat 3.0, yaitu industrial society. Fase ini beriringan dengan Revolusi Industri 1.0 yang dimulai dengan ditemukannya mesin uap. Pada fase ini juga terdapat era Revolusi Industri 2.0 yang mulai menggunakan energi listrik. Fase ini menandakan bahwa persaingan tidak hanya dilakukan dengan otot (kekuatan), tetapi juga menggunakan mesin.
Peradaban selanjutnya ialah Masyarakat 4.0 atau yang disebut information society. Fase ini beriringan dengan adanya Revolusi Industri 3.0. Revolusi ini ditandai dengan adanya penggunaan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di segala bidang. Fase ini menandakan persaingan tidak hanya menggunakan mesin, tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan informasi. Fase Masyarakat 4.0 ini pada akhirnya juga memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang dimulai dari adanya Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT).
Perkembangan Revolusi Industri 4.0 yang sangat pesat inilah yang melatarbelakangi munculnya fase Masyarakat 5.0. Fase ini mengusungkan manusia sebagai pusat dari kehidupan, bukan teknologi atau informasi. Masyarakat 5.0 ini merupakan respons dari penggunaan AI dan IoT yang sangat kuat pada Revolusi Industri 4.0. Fase Masyarakat 5.0 ini akan menempatkan keseimbangan peran manusia dengan penggunaan AI dan IoT. Posisi manusia sebagai pusat dari kehidupan sehingga dua hal tersebut dapat berjalan bersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
3. Perubahan Perilaku Keruangan sebagai Dampak Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0
a. Perubahan Perilaku dalam Desain Rumah Tempat Tinggal
Masyarakat 5.0 merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh Jepang dengan menggambarkan masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology based). Masyarakat 5.0 merupakan babak baru dari masyarakat informasi (Masyarakat 4.0) untuk menciptakan Masyarakat Super Cerdas (MSC). Pada Masyarakat 4.0, manusia mengumpulkan informasi melalui jaringan dan menganalisisnya. Namun, dalam Masyarakat 5.0, manusia, benda, dan sistem terhubung di dunia maya yang diperoleh oleh Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Konsep Masyarakat 5.0 ini memungkinkan manusia menggunakan teknologi untuk memiliki kehidupan nyaman dan mudah yang serba otomatis (Fukuyama, 2018).
Salah satu wujud transformasi pada Masyarakat 5.0 ialah dengan munculnya desain rumah pintar. Smart home atau rumah pintar ini dirancang dengan bantuan komputer yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan penghematan energi. Pada Masyarakat 5.0, manusia memanfaatkan IoT untuk membantu segala sesuatu yang ada di dalam rumah terintegrasi dalam ponsel atau komputer. Selain keberadaan teknologi, memiliki rumah smart home juga sudah mulai sadar akan pentingnya konsep keberlanjutan atau sustainability (Koetsier, 2021). Desain rumah pintar ini bahkan bisa dirancang dengan panel surya yang terhubung pada baterai penyimpanan rumah (Putri, 2019).
Satu contoh kasus di Indonesia terkait smart home ini. Perusahaan Rumah Pintar Indonesia telah menyediakan produk smart home dengan merek Arbit. Produk ini ditujukan bagi masyarakat yang ingin memiliki hunian canggih, modern, efisien, hemat, dan entertaining. Implementasi teknologi internet (IoT) Arbit menghadirkan berbagai kemanfaatan, antara lain sebagai berikut. (Evandio, 2021)
• Smart plug yang memungkinkan jaringanWiFi dapat terhubung dengan setiap produ elektronik sehingga dapat dikontrol dengan mudah.
• Steker pintar yang ada pada sistem smart home dapat dinyala-matikan melalui aplikasi sehingga segala perangkat dengan daya listrik 220 V dapat dikendalikan secara fleksibel.
• Dilengkapi dengan smart door lock. Sistem ini memudahkan penghuni rumah untuk membuka atau mengunci pintu rumah dari smartphone. Gagang pintu smart home ini menggunakan fingerprint, pin, dan kunci pengenal frekuensi radio (Radio Frequency Identification/RFID).
• Smart infrared remote merupakan pemancar infrared pintar yang dapat dikendalikan melalui aplikasi selama ada jaringan internet.
• Smart curtain set juga ada dalam smart home ini. Smart curtain set merupakan paket lengkap untuk dapat membuka dan menutup gorden secara otomatis ataupun melalui remote atau aplikasi dan juga perintah suara.
• Hunian ini dapat dinikmati dengan harga terjangkau dengan layanan pemandunya. (Evandio, 2021)

Smart home dirancang untuk memudahkan hidup dikarenakan sistem automasi melalui smartphone. Selain itu, kehidupan go green juga lebih terasa dikarenakan adanya sistem penghematan energi yang lebih komprehensif dan berdampak pada penghematan biaya. Konsep smart home ini juga meminimalisasi penghuni rumah menyentuh berbagai peralatan elektronik secara langsung sehingga membuat kita lebih aman di tengah pandemi Covid- 19 seperti saat ini.
b. Perubahan Perilaku dalam Moda Transportasi
Revolusi industri telah membawa pengaruh pada segala aspek kehidupan. Dampak adanya revolusi industri ini memiliki pengaruh besar, salah satunya pada bidang transportasi. Transportasi terus mengalami perkembangan dan kemajuan seiring kemajuan teknologi yang ada. Pada masa 4.0, transportasi konvensional (ojek) semakin berkembang dengan memanfaatkan aplikasi berbasis internet. Menuju Masyarakat 5.0, transportasi akan mengalami transformasi yang berfokus pada aspek self-driving vehicle dan digitalisasi. Transportasi 5.0 mencakup sistem transportasi yang ditentukan oleh perangkat lunak, eksperimen transportasi komputasi O2O (online to offline dan sebaliknya) (Scinteie, 2019).
Transportasi dalam perjalanan waktu terus mengalami kemajuan. Di Indonesia sendiri, transportasi KRL dan MRT mengalami kemajuan menjadi moda transportasi LRT. Ketiganya sama-sama memiliki sumber daya listrik. Namun, semakin berkembangnya teknologi, transformasi masyarakat menuju Masyarakat 5.0 juga membuat transportasi mengalami kemajuan. Pada Masyarakat 5.0 yang mengusung konsep Society 5.0, autonomous vehicles atau kendaraan pintar dapat memudahkan kehidupan manusia.
Salah satu hasil dari penggunaan teknologi dalam transportasi ialah lahirnya Google’s self-driving car atau mobil pintar tanpa sopir. Sistem dalam mobil seperti ini memiliki kecerdasan seperti sensor dari mobil, lalu lintas, informasi real time mengenai cuaca, dan akomodasi. Keberadaan kendaraan pintar ini, dapat mengurangi kecelakaan yang biasa disebabkan oleh manusia (Mardiya, 2019). Salah satu keuntungan dari kendaraan pintar adalah memudahkan mobilitas karena menggabungkan layanan berbagi mobil, sepeda, transportasi umum, dan lain-lain.
c. Perubahan Perilaku dalam Pemanfaatan Energi
Revolusi Industri 4.0 dengan Masyarakat 5.0 sangat berkaitan. Masyarakat 5.0 sebenarnya merupakan komunitas yang hidup dan sudah nyaman tinggal di era Revolusi Industri 4.0. Kenyamanan komunitas ini masuk pada area kota cerdas (smart city). Kota cerdas dan Masyarakat 5.0 memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Kota cerdas membutuhkan penduduk yang memiliki level masyarakat 5.0. Sementara level Masyarakat 5.0 ini akan mempercepat pertumbuhan dan pembangunan di kota cerdas. Pemerintah Indonesia sebenarnya juga menginginkan setiap daerah dapat mencapai tingkat kota cerdas.
Ada kata kunci yang membuat suatu kota dapat disebut cerdas, yaitu bagaimana proses sistem informasi berjalan di kota tersebut. Pendekatan yang digunakan antara lain keterkaitan dengan lingkungan, konsumsi energi, transportasi, layanan kesehatan, ekonomi, tata kelola, dan pendidikan.
Lalu, sebenarnya apa peranan energi terbarukan pada Masyarakat 5.0? Apakah ini merupakan alternatif dari era Revolusi Industri 4.0? Setiap revolusi memiliki perubahan masing-masing. Dimulai dari Revolusi Industri 1.0 dengan penemuan mesin uap, Revolusi Industri 2.0 dengan penemuan listrik, Revolusi Industri 3.0 dengan penemuan komputer, dan Revolusi Industri 4.0 dengan adanya virtual reality, artificial intellegence, big data, dan teknologi lainnya. Begitu juga dengan Masyarakat 5.0 yang memiliki konsep energi yang baru.
Konsep Masyarakat 5.0 mengedepankan peranan manusia untuk banyak beraktivitas, bekerja, atau kegiatan lainnya. Konsep ini muncul karena menjadi suatu problem masyarakat akibat Revolusi Industri 4.0 (era teknologi). Konsep Masyarakat 5.0 ini menyangkut hajat orang banyak sehingga energi terbarukan menjadi solusinya (Medium, 2020).
Energi terbarukan ini memiliki berbagai keuntungan. Pertama, lebih ramah lingkungan dan berpusat pada perilaku setiap individu. Kedua, tidak membahayakan karena mudah diperoleh dan aman untuk kesehatan. Ketiga, dapat terus diperbarui. Ini berbeda dengan prediksi bahwa minyak bumi yang dihasilkan hanya sebesar 651.092 pada tahun 2025, sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 719.048 (Sa’adah, 2017). Keuntungan-keuntungan ini lebih banyak dirasakan dan untuk memenuhi hajat orang banyak. Hal tersebut sangat sejalan dengan konsep Society 5.0.
d. Perubahan Perilaku dalam Kegiatan Sosial Ekonomi
Masyarakat 5.0 mencapai tingkat konvergensi yang tinggi antara ruang fisik (ruang nyata) dan ruang maya (ruang virtual). Masyarakat 4.0 mengakses layanan cloud (database) di dunia maya melalui internet serta mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data. Adapun Masyarakat 5.0, informasi diperoleh dari sensor di ruang fisik yang terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini dianalisis dengan kecerdasan buatan (AI) dan hasil analisis diumpankan kembali ke manusia dalam ruang fisik dengan berbagai bentuk.
Skenario dalam Masyarakat 5.0 memiliki enam scene. Jika kita melihat lebih dalam dari segi ekonomi dan sosial, ada dua scene yang perlu kita ketahui. Pertama, drone diterapkan untuk mensurvei properti dan mengirimkan barang. Kedua, smart management. Ini dilihat dari cepatnya layanan cloud baru-baru ini yang sangat menyenangkan pengguna dan perusahaan. Investasi dengan modal rendah dan integrasi yang mudah menguntungkan perusahaan kecil dan menengah serta bisnis individu.
Selain itu, aktivitas ekonomi pada Masyarakat 5.0 ini juga dapat dilihat pada bidang pertanian. Pemanfaatan AI-big data yang terdiri atas beragam informasi, seperti kondisi pasar, data pertumbuhan tanaman, data meteorologi, serta tren dan kebutuhan pangan sangat mendukung perubahanperubahan pada bidang pertanian. Selain itu, juga terdapat peningkatan dalam pemanfaatan robot traktor, drone, distribusi barang sesuai kebutuhan konsumen dengan cepat, dan lain-lain (Firdaus, 2020).
Mengangkat topik ekonomi dan sosial, Indonesia telah berupaya memaksimalkan penggunaan AI untuk dapat menghadapi tantangan pada Revolusi Industri 4.0. Penggunaan AI ini dirancang dengan berbagai sistem untuk dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dapat membantu dalam analisis prediksi kinerja, analisis perilaku konsumen, proyeksi/ perkiraan anggran, perancangan sistem pemasaran, mengurangi downtime, dan meningkatkan produktivitas (Teknova, 2021).
e. Perubahan Perilaku dalam Mitigasi Bencana
Masyarakat 5.0 memanfaatkan teknologi dan keaktifan semua sektor untuk menyiapkan kecerdasan big data. Analisis kecerdasan buatan big data yang terdiri atas beragam informasi, seperti pengamatan daerah rawan bencana oleh satelit, radar cuaca terestrial atau drone, informasi kerusakan berdasarkan sensor struktural, dan informasi kerusakan jalan dari mobil (Dalimunthe, 2018).
Bagi masyarakat secara keseluruhan, solusi dari Masyarakat 5.0 dapat membantu mengurangi kerusakan dan mencapai pemulihan dini akibat bencana. Masyarakat 5.0 diharapkan dapat melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana seperti berikut.
• Menyediakan tempat penampungan dan informasi bantuan bagi setiap orang melalui smartphone individu dan perangkat lain berdasarkan kondisi bencana dan memindahkan orang dengan aman ke tempat penampungan.
• Menemukan korban segera melalui pakaian bantuan, robot penyelamat, dan menyelamatkan mereka dari bangunan yang terkena bencana dengan cepat.
• Pengiriman material bantuan secara optimal melalui drone, kendaraan pengiriman yang dapat mengemudi sendiri, dan lain-lain.
• Berbagi informasi bencana di seluruh organisasi akan memfasilitasi respon cepat terhadap bencana. Teknologi digital akan digunakan untuk mitigasi bencana.
Capaian menuju Masyarakat 5.0 ini terlihat setelah gempa besar di Jepang. Serangkaian upaya seperti pemantauan lalu lintas untuk memahami perilaku evakuasi manusia dan kondisi jaringan jalan dilakukan dengan menggunakan informasi dari kendaraan dan data GPS smartphone. Fenomena kemacetan segera teratasi untuk menghambat korban lebih lanjut (Dalimunthe, 2018).
Hal ini merupakan suatu implementasi dari Masyarakat 5.0 yang bertujuan memberdayakan semua aktor di masyarakat, melibatkan dan menekankan untuk memungkinkan masing-masing berpartisipasi secara aktif dan hidup dengan aman, nyaman, dan aman. Berbagai risiko bencana dapat dikendalikan dan diminimalisasi dampaknya.
Beralih konteks pada negara kita dengan masyarakatnya yang berubah dengan cepat yang didorong oleh big data. Tampaknya integrasi dunia maya dan ruang fisik masih jauh dari jangkauan. Masa depan yang disebut Masyarakat 5.0 mungkin memiliki peluang untuk diadopsi dan disesuaikan dengan konteks negara dalam lingkungan khusus pencegahan bencana di Indonesia.
Beberapa upaya Indonesia mengenai big data dalam penanggulangan bencana alam ialah Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) atau Indonesia Disaster Data Information oleh BNPB dan The One Map Initiative oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Contoh lainnya ialah PetaJakarta.org (sekarang PetaBencana.id), yaitu platform online yang mengubah Twitter menjadi pengumpulan data darurat dan layanan peringatan kritis selama banjir. Pada tahun 2015 misalnya, platform ini mampu memetakan 1.000 lokasi banjir di seluruh kota secara real time. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk berkontribusi pada informasi dan interaksi dengan big data (Dalimunthe, 2018). Saat itu informasi mampu memberikan pertanyaan kritis seperti “di mana shelter terdekat?”, “rute mana yang paling aman menuju tempat kerja?”, atau “di mana daerah rawan bencana?”
Data yang diperoleh dari sumber berbeda dalam resolusi spasial dan temporal yang lebih tinggi membawa upaya yang lebih efisien ke dalam manajemen bencana. Munculnya inovasi teknologi termasuk media sosial, sistem berbasis lokasi, ditambah dengan analisis data besar dianggap sebagai alat yang kuat yang dapat membantu siklus manajemen bencana (mitigasi, kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan). Hal ini juga berpotensi untuk menyelamatkan anggaran negara dari redundansi, penipuan, dan penyalahgunaan sumber daya dalam penanggulangan bencana.
Dewasa ini, Indonesia sedang berjuang dengan data mining, akurasi, konsistensi, dan kelengkapan. Keamanan data serta masalah privasi dalam transmisi dan penyimpanan data juga selalu terancam. Pertanyaan selanjutnya tetap ada. Dengan kecerdasan buatan, big data, dan interaksi manusia bertabrakan, bagaimana pengetahuan digunakan? Siapa yang akan memimpin peran dalam pengambilan keputusan? Seperti apa masyarakat masa depan?
Respons Indonesia terhadap revolusi 4.0 telah terlihat di berbagai bidang. Pemaparan diatas sebagai contoh dalam mengenalkan negara kita. Ada beberapa penjelasan mengenai penggunaan artificial intelligence di Indonesia dalam bidang pendidikan, keamanan, dan kesehatan. Penjelasan ini ada pada tautan berikut.